Hampir semua orang menginginkankemapanan. Tapi tidak bagi
seorangpencari kebenaran sejati. Apalagi ketika dia hidup di negeri di
manahukum bersujud kepada uang. Bukan kebenaran dan keadilan yang jadi
imam, tapi justru kebatilan yang
bertopengkan kebenaran. Muncullah kehidupan jahiliah yang
bertopeng modernisasi, globalisasi, toleransi,emansipasi, kebebasan HAM,
dan istilah-istilah topeng lainnya yang penuh kebusukan di dalamnya.
Kesalahan besar jika memilih kemapanan dalam kondisi umat
yangseperti itu. Sebaliknya, sosok yang selalu berusaha menciptakan
perubahan masyarakat, mengupas dan mengoyak-ngoyak topeng kepalsuan,
sosok yang bahkan "anti"
kemapanan; menjadi sosok yang akan menyelamatkan umat. Sosok
iinilah yang akan siap mengorbankan segala apa yang dimilikinya, baik
jiwa, harta, dan peluang-peluangkehidupan yang menggiurkan.
Allah Ta'ala berifirman:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman jiwa dan harta mereka dengan harga Syurga"
(At Taubah)
Kawan, kisah perantau sejati SalmanAl Farisyi,
hendaknya bisa menjadi inspirasi. Dia adalah anak seorang bangsawan
terkemuka di Persia dengan agama penyembah api.Hasratnya untuk menemukan
kebenaran menjadikannya
meninggalkan kebangsawanannya bahkan rela menjadi budak/hamba
sahaya. Setelah meninggalkan Persia, dia pindah ke Mosul, pindah lagi ke
Nasibon, lalu Amuria, hingga akhirnya sampai ke Yatsrib, tempat
pertemuannya dengan rasulullah saw.
Ketika pertama kali melihat rasulullah saw, dengan segera dia
bertanya kepada tuannya, "Ada apa ini? Siapa dia". Pertanyaan itu secara
refleks dia lontarkan seakan-akan dia lupa kalo dia adalah budak.
Walhasil, bukan jawaban yang dia terima, sebaliknya tamparan dilengkapi
ungkapan "apa urusanmu".Kawan, apalah artinya kemapanan jika dia tegak
di atas kebatilan. Dan apa salahnya mengorbankan kemapanan demi tegaknya
sebuah kebenaran dan keadilan, jika akhirnya diganti oleh Allah dengan
Syurga?
Kawan, hidup tidaklah lama. Tidak masalah apakah menjadi seorang
pegawai, pengusaha, bos, guru,penulis, atau apa pun itu, yang penting
mengemban fungsi "agent of change" atas kemapanan sang topeng kepalsuan.
Karena hidup sukses bukan sekali-kali diukur dari materi.
Kesuksesan hidup adalah sukses dalam menapaki ujian demi ujian
dengan tetap lurus mencari ridha sang pencipta, Allah Ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar